*
“Hay Rena, apa kabar ?” salamku.
“Hay juga, aku baik – baik saja.” Senyum manisnya kepadaku
“Oh iya, kamu sudah kerja tugas Bahasa Jepang belum ?” tanyaku
“Sudah, Tugasnya mudah sekali kok.”
“Itu sih buat kamu aja kali.” Candaku
“Hehehe.” Tawanya.
“Ke sekolah bareng yuk.” Ajakku
“Oke.”
Aku dan Rena berjalan bersama menuju ke sekolah, Bel berbunyi tepat saat aku dan Rena sudah di depan gerbang sekolah, kami berdua hampir saja terlambat. Hangat sinar matahari di ruang kelas yang pintunya terbuka, kulihat Rena yang sedang melamun di sampingku.
“Eh Rena, jangan melamun mulu, nanti kemasukan setan.” Candaku
“Oh, hehe, maaf, aku lagi mikirin orang tuaku nih.”
“Emang orang tuamu kenapa ?.” Tanyaku
“Mereka mau pergi ke Jepang untuk berbisnis sementara, sedangkan aku ditinggal di rumah sendirian.” Jawabnya.
“Wah, bahaya banget, masa kamu sendirian ?, bibimu kemana ?.”
“Lagi pulang kampung, karena anaknya lagi merayakan pernikahan.”
“Oh, gini aja, nanti kamu pulang sekolah pulang ke rumah dulu, lalu aku jemput kamu di rumahmu.”
“Mau ngapain ?”
“Ya bantuin aku kerja tugas Bahasa Jepang donk, Hehehe.”
“Ya ampun, ya sudah gpp, nanti aku bantu.”
“Thanks ya.”
“Ya.”
Pelajaran dimulai, saat guru memasuki kelas dan member salam. Pelajaran yang paling Aku dan Rena sukai, yaitu matematika.
Terdengar bunyi Bel istirahat, Aku dan Rena hanya mengobrol di kelas.
“Rena, gimana nih nanti ? kamu bisa nggak ?.”
“Nanti kan waktu orang tuaku berangkat, aku minta ijin dulu ya.” Senyum manisnya.
“Ya Sudah, eh kamu sudah sarapan belum ?” Tanyaku
“Belum, soalnya tadi aku kan buru – buru beli alat tulis terus langsung ke sekolah, jalan kaki pula.”
“Makan yuk, Kali ini aku yang teraktir deh.” Ajakku
“Boleh juga.” Jawabnya
Aku dan Rena berjalan bersama menuju kantin dan saat di depan kantin kami bertemu dengan Cindy. Cindy menyapa kami dengan senyum – senyum manisnya.
“Eh Cindy, ngapain senyum – senyum ?” Heranku
“Yah liat kalian berdua kok kelihatan serasi ya ?, hehehe.” Ledeknya
“Hehe, biasa aja.” Balas Rena.
“Ikutan makan yuk.” Ajakku kepada Cindy
“Boleh, ayo.”
Kami bertiga duduk di satu meja yang kursinya 4. Cindy terlihat makan dengan lahapnya.
“Cindy, kamu suka atau laper ? lahap amat.” Ledekku
“Hehe, sebenernya sih dua – duanya.”
“Hehehe” Tawa Rena.
Bel masuk pun berbunyi, saatnya kami untuk masuk ke kelas, dan pelajaran pun dimulai kembali.
*
Bel pulang sekolah berbunyi keras, murid kelasku terkejut bersamaan.
“Aduh kencang banget suaranya.” Ucapku sambil menutup telinga.
“Waduh, ini bel atau orang lagi sebar diskon sih kenceng banget.” Canda Guru Bahasa Inggris
“Ini ya bel pak, kan disekolah, kalo orang sebar diskon mah di Mall.” Balasku
Aku, Rena dan Cindy berjalan keluar sekolah bersama, tapi pada saat itu Rena dijemput oleh orang tuanya dengan mobil mewahnya.
“Maaf ya, aku nggak bisa temani kalian pulang bersama, maaf banget ya.”
“Iya gpp kok.” Jawabku dan Cindy pun tersenyum.
Akhirnya hanya tersisa Aku dan Cindy pulang bersama dan kebetulan arah jalan pulang pun sama, aku heran dan terkejut saat di perjalanan Cindy tidak menaiki Bis yang biasa dia tumpangi.
“Loh Cindy, kamu kok nggak naik Bis ?” Heranku
“Aku pindah di deket Rumahmu.” Senyumnya
“Hah ? sejak kapan ?”
“Baru kemarin kok.”
“Oh, Eh, nanti kamu bisa kerumahku kan ?”
“Emang kenapa ?”
“Aku sama Rena mau ngerjain Tugas Bahasa Jepang, kamu sudah belum ?”
“Oh iya, aku lupa, aku belum ngerjain, aku nanti bareng kalian aja, nanti aku kerumahmu jam berapa ?”
“Sore lah.”
“Oke lah kalo begitu.”
Sesampainya di depan rumah Cindy, kusalami Cindy, dan dia pun Tersenyum manis kepadaku.
*
“Ada apa Rena ?” Tanyaku dengan heran
“Aku kira Orang tuaku Cuma sebentar di Jepang ternyata lama.” Jawabnya dengan sedih
“Gpp, kalo kamu takut di rumah sendirian, kamu bisa tinggal sementara di rumahku kok.”
“Iya deh, makasih banget ya.” Jawabnya dengan lembut.
Aku dan Rena berangkat ke rumahku dengan sepeda keren milik Rena, di perjalan banyak canda dan tawa. Hampir sampai di daerah rumahku, aku tidak lupa untuk menjemput Cindy yang juga ikut mengerjakan tugas. Sampai di rumah Cindy, ternyata dia sudah ada di depan rumahnya dan akan berangkat ke rumahku, jadi kami berangkat bersama – sama.
*
“Ya ampun, aku lupa ambilin kalian minum.” Ucapku sambil kutepuk dahiku.
“Aduh ngerepotin segala.” Ucap Rena
“Iya, Nggak usah.” Jawab Cindy.
“Kalo kalian haus, ambil aja minumnya di dapur ya.”
“Iya.”
Tugas Bahasa Jepang sudah selesai dengan sempurna karena bantuan dari Rena yang jago Bahasa Jepang, karena dia orang jepang asli.
“Aku haus nih, cari minum di luar yuk.” Ucap Cindy sambil mengusap lehernya karena haus
“Ambil di kulkas aja, ada minuman kok, gelasnya di rak atas.” Jawabku
“Biar aku yang ambilin.” Ujar Rena dengan senyum manisnya.
Rena berjalan menuju dapur rumahku, dan mengambil gelas di rak gelas. Saat Rena mengambil gelas, ia tidak sengaja menyenggol Zat Kimia encer yang ada di dalam sebuah tabung reaksi yang akan aku gunakan untuk test percobaan Kimia dan Zat itu mengenai kedua mata dan wajahnya. Rena langsung tidak sadarkan diri dan tergeletak di dapur.
Terdengar bunyi gelas pecah di dapur rumahku, Aku dan Cindy langsung bergegas menghampiri letak suara itu. Aku dan Cindy melihat Rena yang sudah tidak sadarkan diri di lantai dapur, Aku langsung mengangkat Rena dengan sekuat tenagaku, dan Cindy mencari pertolongan. Aku langsung berlari membawa Rena yang tidak sadarkan diri ke Rumah Sakit dekat rumahku. Sesampainya di rumah sakit, Rena langsung dimasukkan ke ruang Perawatan.
“Dokter, tolong temanku ini dokter.” Ujarku dengan tegas dan sangat takut
“Iya Iya, tenang, anda dimohon untuk tenang.” Jawabnya
“Aku tidak bisa tenang Dok.” Ucapku hingga meneteskan air mata
“Udah, kamu tenang aja, yang penting kita berdoa.” Ujar Cindy kepadaku sambil menangis
Beberapa jam kemudian, Dokter keluar dari ruang Perawatan dan menemuiku.
“Dok, gimana teman saya Dok ?.” Tanyaku dengan perasaan gugup
“Maaf, teman anda menderita kebutaan.” Jawab Dokter itu dengan perasaan perihatin
“Hahhh ??.” Aku terkejut
Aku menangis karena keadaan Rena yang seperti itu, aku pun langsung meminta tolong Cindy untuk menghubugi kedua orang tua Rena.
“Cindy, hubungi orang tua Rena ya, aku mau menulis sesuatu sebentar.”
“Oke.”
Di sebuah kertas putih aku menulis sebuah surat untuk Rena tanpa pikir panjang. Surat itu harus dibaca saat Rena sudah bisa melihat, dan surat itu pun aku titipkan kepada Cindy.
“Cindy, aku titip surat ini untuk Rena ya.” Ujarku dengan tangisan sedih
“Surat apa ini ?” Ujar Cindy
“Nanti kamu juga akan tau.”
Aku berbisik kepada Dokter itu, dan kami pun langsung memasuki sebuah ruangan. Ruangan itu bertuliskan “Ruang Operasi”. Tanpa pikir panjang aku dan dokter itu langsung masuk dan melakukan Operasi mata untuk Rena. Karena apapun akan kulakukan agar Rena bisa bahagia, Rena bahagia aku pun bahagia.
*
*
Orang tua Rena dan Cindy memberikan Ucapan Kesembuhan dan pesta kecil Kesembuhan Rena. Pada saat itu juga Cindy memberikan sepucuk surat kecil itu unuk Rena, dan mereka membacanya bersama.
Isi Surat itu adalah
“Selamat akan kesembuhanmu Rena. Sekarang kamu bisa melihat dunia dengan sempurna dan bisa melihat orang yang kamu cintai, memang hanya ini yang bisa aku berikan, maafkan aku, aku adalah lelaki pengecut yang tidak berani untuk mengucapkan kata suka kepadamu, sekali lagi maafkan aku Rena, aku akan selalu ada untukmu. God Bless You.”
Rena dan Cindy yang membaca surat itu sambil Menangis, dan kedua orang tua Rena pun ikut menangis. Setelah Rena pulang dari rumah sakit, Rena bertujuan untuk mencariku, tetapi Cindy menolak, karena Cindy sudah kubilangi untuk tidak memberitahukan keberadaanku kepada Rena. Rena berkunjung kerumahku untuk menemuiku bersama dengan Cindy dan kedua orang tua Rena. Sesampainya disana, Rena dan Cindy tidak menemukanku di dalam rumah, dan Rena pun menangis dan terus memaksa untuk menemuiku.
“Rena, aku tau dimana dia sekarang.” Ujar Cindy dengan sedih dan gugup
“Dimana dia ?, beri tau aku.” Ucap Rena sambil meneteskan air mata
“Dia ada di tempat yang biasa kalian kunjungi berdua.”
“Di dekat Danau itu ?”
“Benar.”
Rena dan Cindy langsung bergegas pergi ke Danau tempat Aku dan Rena sering kunjungi berdua, dan meninggalkan orang tua Rena di rumahku.
*
Foto Rena yang kuletakkan di sampingku terbang jatuh ke tanah, aku pun mencarinya. Rena datang menghampiriku dan menolongku mengambilkan Foto itu, tetapi, Rena dan Cindy hanya menangis dan terdiam melihatku.
“Oh, Terima Kasih.” Ucapku. Aku langsung pergi melewati Rena dan Cindy
“Tunggu ….” Ujar Rena
Aku pura – pura tidak mendengarkan Rena, tetapi tiba – tiba Rena berlari dan memelukku dengan erat dari belakang.
“Aku tau kamu yang mendonorkan matamu kepadaku.” Ujar Rena sambil menangis
“Aku melakukan itu untuk membuatmu selalu bahagia dan senang di dunia, maafkan aku jika aku ada salah padamu, hanya ini yang bisa aku lakukan Rena, Aku sudah tidak bisa melihat apa –apa, meskipun mataku sudah tidak ada, aku masih bisa melihatmu dari hatiku, melihat cantiknya wajahmu, tingkah lakumu, candamu, senyummu, segala – galanya darimu masih bisa aku lihat dan aku rasakan di Hatiku ini, karena No One Else, Just You Rena.”
Rena terus memelukku dengan erat, dan Cindy pun ikut memelukku dan Rena. Aku melakukan ini karena tiada yang lain, hanya Rena seorang di Hatiku.
*
By : Reza Wisnu W.
@Reza_Sinyo
E-mail : rezawisnu81@gmail.com
FB : Reza Ituw Sinyo
Maaf kalo ada kata" yang salah . . . .
Mohon dimaklumi , , , , ^^